MAIN MENU
PENGARUH BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK AUTIS DAN ANAK ADHD DI SLB
Abstract
ABSTRAK
Prevalensi penyimpangan perkembangan pada anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia yang dilaporkan WHO pada tahun 2016 adalah 7.512,6 per 100.000 populasi (7,51%). Berdasarkan jenis kecacatan perkembangan anak, Indonesia berada di peringkat ke-9 untuk disabilitas intelektual, peringkat ke-5 untuk autisme, dan peringkat ke-9 dunia untuk kasus ADHD (WHO, 2018). Jenis Penelitian ini adalah menggunakan Desain penelitian quasy experimental yaitu desain yang digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Jenis rancangan yang digunakan adalah pretest post test control group design.Dalam desain ini, observasi yang dilakukan sebanyak 2 kali pada masing-masing kelompok, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak autis dan ADHD yang berjumlah 78 anak. Sampel dalam penelitian ini adalah anak Autis dan ADHD yang berusia 4-6 tahun.Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling. Hasil penelitian Ada perbedaan perkembangan motorik halus sesudah bermain puzzle pada anak autis lebih baik dibandingkan anak ADHD. Saran Melakukan pengembangan penelitian dengan meneliti posttest lebih dari satu kali sehingga dapat memantau proses peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan kebutuhan khusus. Untuk yang meneliti variabel luar dapat diteliti kembali
The prevalence of developmental deviation in children under 5 years of age in Indonesia reported by WHO in 2016 was 7,512.6 per 100,000 population (7.51%). Based on the type of disability in child development, Indonesia is ranked 9th for intellectual disability, ranked 5th for autism, and 9th in the world for ADHD cases (WHO, 2018). This type of research is to use a quasy experimental research design that is the design used because in reality it is difficult to get the control group used for research. The type of design used is the pretest post test control group design. In this design, observations were made 2 times in each group, namely before and after the experiment. The population in this study were all children with autism and ADHD totaling 78 children. The sample in this study were children with autism and ADHD aged 4-6 years. Sampling in this study was conducted by purposive sampling. Results There are differences in fine motor development after playing puzzles in autistic children better than ADHD children. Suggestions Conduct research development by examining posttest more than once so that it can monitor the process of improving fine motor skills of children with special needs. For those who examine external variables can be examined again.
Prevalensi penyimpangan perkembangan pada anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia yang dilaporkan WHO pada tahun 2016 adalah 7.512,6 per 100.000 populasi (7,51%). Berdasarkan jenis kecacatan perkembangan anak, Indonesia berada di peringkat ke-9 untuk disabilitas intelektual, peringkat ke-5 untuk autisme, dan peringkat ke-9 dunia untuk kasus ADHD (WHO, 2018). Jenis Penelitian ini adalah menggunakan Desain penelitian quasy experimental yaitu desain yang digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Jenis rancangan yang digunakan adalah pretest post test control group design.Dalam desain ini, observasi yang dilakukan sebanyak 2 kali pada masing-masing kelompok, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak autis dan ADHD yang berjumlah 78 anak. Sampel dalam penelitian ini adalah anak Autis dan ADHD yang berusia 4-6 tahun.Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling. Hasil penelitian Ada perbedaan perkembangan motorik halus sesudah bermain puzzle pada anak autis lebih baik dibandingkan anak ADHD. Saran Melakukan pengembangan penelitian dengan meneliti posttest lebih dari satu kali sehingga dapat memantau proses peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan kebutuhan khusus. Untuk yang meneliti variabel luar dapat diteliti kembali
The prevalence of developmental deviation in children under 5 years of age in Indonesia reported by WHO in 2016 was 7,512.6 per 100,000 population (7.51%). Based on the type of disability in child development, Indonesia is ranked 9th for intellectual disability, ranked 5th for autism, and 9th in the world for ADHD cases (WHO, 2018). This type of research is to use a quasy experimental research design that is the design used because in reality it is difficult to get the control group used for research. The type of design used is the pretest post test control group design. In this design, observations were made 2 times in each group, namely before and after the experiment. The population in this study were all children with autism and ADHD totaling 78 children. The sample in this study were children with autism and ADHD aged 4-6 years. Sampling in this study was conducted by purposive sampling. Results There are differences in fine motor development after playing puzzles in autistic children better than ADHD children. Suggestions Conduct research development by examining posttest more than once so that it can monitor the process of improving fine motor skills of children with special needs. For those who examine external variables can be examined again.
Keywords
Bermain puzzle, Motorik Halus ,Autis dan ADHD
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: https://doi.org/10.54444/jik.v8i2.20
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmu Kebidanan
Indexed by:
Jurnal Ilmu Kebidanan (JIK)
Published by Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Adila Bandar Lampung
p-ISSN: 2088-9011 | e-ISSN: 2721-0839
Secretariat Office:
STIKES ADILA
Mail : Jl. Soekarno Hatta No 110, Rajabasa, Kota Bandar Lampung
Telp : 082182486199
email: jurnalilmuk@gmail.com
STIKES ADILA
Mail : Jl. Soekarno Hatta No 110, Rajabasa, Kota Bandar Lampung
Telp : 082182486199
email: jurnalilmuk@gmail.com